Kisah Sukses Joko dengan Usaha Kaktus Hias
Bisnis Online Tanpa Modal – Kaktus hias kini tengah naik daun semasa Pandemi Covid-19. Perawatannya yang mudah dan tak perlu tiap hari disiram membuat banyak orang menyukai tanaman ini. Kaktus hias ini juga bisa mempercantik dekorasi ruang.
Soal harga, kaktus hias dijual dengan harga yang terjangkau. Untuk itu, kaktus hias ini cocok bagi mereka yang kini banyak bekerja dari rumah saja.
Tingginya permintaan kaktus hias juga dirasakan Joko Setiyono (31 tahun) yang tinggal di Pedukuhan VIII, Kelurahan Bojong, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Joko membuka greenhouse dengan ukuran 12×8 meter di depan rumah sebagai display ribuan dari ratusan jenis kaktus dan sukulen.
Kaktus yang dimilikinya mayoritas adalah kaktus lokal, namun ada juga yang import dari Thailand, Jepang, Korea, dan Italia.
Arid.zona Kaktus
Joko dan istrinya, Dini, menamai usaha mereka ‘Aridzona Kaktus’. Joko mengaku bisa mendapat omset jutaan rupiah dalam sehari dari jualan kaktus itu saat pandemi.
Aridzona Kaktus menjual kaktus dari kelompok gymnocalycium bentuk bintang sampai bulat, warna hijau bercampur merah, kuning atau jingga.
Dari kelompok Astrophytum juga ada, seperti Myriostigma variegata, Myriostigma tricostatum , Ornatum dan lain sebagainya.
Namun, kaktus lokal seperti Gymno Damsii dan Echinopsis calochlora, berbagai oxygona hingga Echinopsis ancistrophora yang paling banyak dibeli.
Harga yang diberikan Aridzona Kaktus juga terjangkau. Misalnya saja Gymno Damsii dibanderol antara Rp 20.000 – 35.000 tergantung warna. Calochlora bisa Rp 30.000 – 35.000. Semua tergantung warna, ukuran, penampilan menyeluruh yang menarik.
“Peminat kaktus kebanyakan adalah mereka yang baru belajar kaktus. Mereka mencari kaktus yang lebih umum dan sudah lama adaptasi iklim di Indonesia,” terang Joko.
Pandemi sendiri memberi angin segar untuk bisnis via online, di tengah menurunnya pembeli yang langsung datang ke greenhouse-nya. Joko juga mengatakan jika penjualan di masa awal pandemi terbilang menggila.
Dalam satu bulan, ia menjual 4.000 – 5.000 kaktus, lima kali lipat dibanding penjualan kaktus offline.
“Omzet terbesar satu bulan pernah sampai Rp 80 – 85 juta awal pandemi. Saya tahan-tahan agar ada yang tidak terjual. Kalau dibiarkan bisa langsung habis kaktus di sini,” kata Joko.
Awal Usaha
Kisah Joko ini berawal dari seorang temannya yang menitipkan sekardus sukulen muda dan kaktus umur masih 2-3 bulan.
Joko menceritakan, jika temannya menitipkan untuk dirawat, karena banyak yang mati. Setelah dirawat Joko, semuanya tumbuh segar.
Kemudian, orang-orang yang melihat tertarik untuk membeli. Joko dan temannya pun melihat ini sebagai peluang bisnis.
Mereka lalu membeli dan mencari tanaman hias ini sampai ke Lembang, Jawa Barat, dan Kopeng di Jawa Tengah di tahun 2017.
Pada tahun 2018, Joko mulai serius membuka usaha ini walaupun kecil-kecilan di Bantul. Usahanya pun semakin besar, Joko yang saat itu masih bekerja, memberanikan diri keluar dari pekerjaannya di perusahaan terkait produk hasil hutan.
Ia dan istrinya kemudian berbisnis jualan kaktus yang pertama dibuka di Panjatan, Kulon Progo. Tak lama pandemi pun datang. Omzet penjualan mereka pun meningkat tajam hingga puluhan juta rupiah per bulan.
Berkat kerja keras dan kegigihannya, mereka bisa membangun rumah ukuran rumah 24×8 meter di lahan 400 meter persegi di Bojong. Tidak hanya itu, dia juga membangun green house di depan, samping dan belakang rumah.
“Sekarang bisnis kaktus berangsur normal (tidak seperti awal pandemi). Satu bulan bisa menjual 1.000 – 1.500 kaktus. Omzet sekitar Rp 30-an juta satu bulan,” ujar Joko.