Pakai Paylater dengan Bijak Supaya Tak Gali Lubang Tutup Lubang

Pakai Paylater dengan Bijak Supaya Tak Gali Lubang Tutup Lubang

Bisnis Online Tanpa Modal — Kini, layanan Buy Now, Pay Later (BNPL) atau paylater menjadi tren dalam transaksi belanja masyarakat.

Banyak perusahaan yang menawarkan pilihan berbelanja dengan bayar di kemudian hari lewat beragam platform.

Karena populernya paylater, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mulai membunyikan alarm. Di mana mereka menyebut jumlah utang masyarakat Indonesia yang ada pada layanan paylater sudah menembus Rp30 triliun.

Kemudian, OJK mengambil langkah untuk membatasi pemakaian paylater. Yang mana hanya orang berusia minimal 18 tahun atau telah berpendapatan Rp3 juta per bulan yang boleh mengajukan paylater.

Apabila tak hati-hati, pemakaian paylater bisa berujung lilitan hutang. Lalu, bagaimana cara menghindarinya?

1. Jangan untuk foya-foya

Perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho menyebut,  sebetulnya masyarakat boleh saja memakai paylater untuk opsi keuangan tambahan.

Namun Andi menjelaskan, masyarakat harus bijak dalam menggunakan paylater. Dia mengingatkan uang yang diperoleh dari paylater tak cuma-cuma, karena perlu dikembalikan di waktu mendatang.

Walau demikian, ia menyarankan pemakaian paylater juga harus dibatasi. Andi menyarankan pemakaian paylater hanya untuk kebutuhan darurat.

“Contohnya adalah membeli handphone baru karena handphone lama tetiba rusak padahal sangat penting untuk bekerja. Beli laptop baru karena yang lama hilang kecurian, padahal digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah. Atau beli tiket pesawat untuk pulang kampung karena ortu yang sakit keras,” terang Andi, melansir dari CNNIndonesia.com.

2. Untuk modal usaha

Perencana Keuangan OneShield Consulting Agustina Fitria menjelaskan, paylater merupakan utang jangka pendek sehingga terdapat biaya yang harus dibayarkan untuk mendapatkannya.

Dalam perencanaan keuangan, sebaiknya utang hanya dimanfaatkan untuk hal produktif. Dia menilai, paylater dapat dipakai untuk tambahan modal usaha.

“Jadi, misalnya beli bahan baku untuk membuat kue yang akan dijual untuk mendapatkan untung,” jelas Agustina.

3. Ukur kemampuan

Andi juga menyarankan supaya masyarakat mengukur kemampuan finansial sebelum memakqi paylater.

Masyarakat harus tahu apakah mereka dapat membayar utang itu ketika jatuh tempo.

“Selalu hitung berapa banyak cicilan paylater yang harus kita bayarkan tiap bulannya. Jaga angka pembayaran tiap bulannya maksimal 30 persen dari penghasilan kita,” ucapnya.

Di sisi lain, Agustina mengingatkan supaya masyarakat menghitung waktu pelunasan. Di mana masyarakat harus sadar kapan uang yang mereka pinjam harus dikembalikan beserta bunganya.

“Tentunya harus cermat juga, pada saat paylater harus dibayar, uang hasil penjualan kuenya sudah ada dan memadai. Untung yang diperoleh tidak habis untuk membayar biaya paylater,” terang Agustina.

4. Bila terlanjut terjerat paylater

Andi menuturkan, orang yang terlanjur terjerat paylater harus menata ulang pengeluarannya. Mau tak mau mereka harus membatasi pengeluaran supaya bisa membayar cicilan.

“Bila perlu korbankan kebutuhan-kebutuhan lainnya untuk tidak dipenuhi dulu agar kita bisa lancar membayar cicilan pelunasan paylater yang sudah ada,” tutur Andi.

Dia menyarankan masyarakat untuk tidak mencoba kabur apabila terjerat paylater. Sebab urusan tersebut bisa diselesaikan dengan mengatur cicilan dan berkomunikasi dengan pemberi kredit.

Hal serupa juga disampaikan Agustina. Di mana menurutnya, ada pilihan restrukturisasi utang supaya pelunasan bisa lebih ringan.

“Biasanya utang menumpuk karena gali lubang tutup lubang, sementara bunga dan biayanya menjadi pokok utang yang baru. Oleh karena itu, coba hubungi penyedia paylater untuk mencari solusi restrukturisasi,” ujarnya.